Pages

Kamis, 02 Januari 2014

MENYIMPULKAN CORAK KEHIDUPAN MASYARAKAT PRASEJARAH INDONESIA BERDASARKAN HASIL-HASIL KEBUDAYAAN (SISTEM KEPERCAYAAN, KEMASYARAKATAN, PERTANIAN, PELAYARAN, DAN BAHASA)



Pengertiannya :
Peninggalan kebudayaan masyarakat prasejarah ialah alat-alat dari :
-          Batu tua (Palaeolithicum)
-          Batu madya (Mezolithicum)
-          Batu baru (Neolithikum)
-          Logam : perunggu dan besi
-          Perhiasan : manik-manik
-          Batu besar (Megalithicum)
Uraian lebih lanjut sebagai berikut :
       Berdasarkan benda-benda peninggalan zaman prasejarah di Indonesia dapat dibagi menjadi empat zaman, yaitu :
a.       Zaman batu tua (Palaeolithicum)
Pada zaman ini kehidupan manusia prasejarah masih sangat sederhana, tergolong jenis Pithecanthropus Erectus dan Meganthropus Palaeojavanicus. Hal ini ditandai dengan ditemukannya alat-alat dari batu yang dibuat sangat kasar (kapak genggam). Mereka hidup berpindah-pindah. Cara mencari makan tinggal mengambil bahan makan yang disediakan oleh alam di sekitarnya. Cara seperti ini disebut “food gathering”.
Tulang-tulang yang digunakan diambil dari tulang-tulang binatang yang diburu, lalu dipilih bagian tulang yang paling cocok bentuknya. Kemudian diasah dan diruncingkan.
Diantara alat batu yang paling banyak ditemukan di Indonesia yatu jenis kapak perimbas. Jenis kapak ini masih kasar buatannya dan diduga dipakai oleh manusia purba Pithecanthropus.
Alat-alat semacam ini ternyata ditemukan diberbagai tempat di Indoesia, misalnya di Pacitan, Bengkulu, Awal Bangkal (Kalimantan), Lahat (Sumatera Selatan) dan Cabenge (Sulawesi Selatan).
b.      Zaman batu madya (Mesolithicum)
Pada zaman ini dari berkas-berkas peninggalannya, dapat diketahui bahwa manusia pada zaman itu masih hidup dari berburu dan menangkap ikan (food gathering) seperti pada zaman palaeolithikum. Tetapi sebagian sudah mempunyai tempat tinggal yang tetap, sehingga tidak mustahil bahwa mereka sudah mengenal bercocok tanam secara sederhana.
Berkas-berkas tempat tinggal mereka diketemukan di tepi-tepi pantai (“Kjokkenmoddinger”) dan dalam gua-gua (abris sous roche) Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Flores.
Kjokken moddinger mula-mula ditemukan di Denmark, Kjokken artinya : dapur sampah berupa kumpulan kulit kerang di pantai-pantai, dengan adanya sisa-sisa (sampah) seperti itu orang berkesimpulan bahwa manusia waktu itu bertempat tinggal di tepi pantai, bertempat tinggal di rumah panggung.
Alat-alat yang mereka gunakan ialah kapak genggam yang disebut pebble atau kapak Sumatera. Makanan pokok mereka ialah keran dan siput. Hal ini terbukti adanya timbunan kulit-kulit kerang dan siput yang tertumpuk.
c.       Zaman batu baru (Neolithicum)
Manusia purba pada zaman ini sudah lebih maju. Mereka sudah bertempat tinggal menetap dan sudah mengenal bercocok tanam secara sederhana. Mereka menghasilkan sendiri makanan (food producing), mereka sudah mengenal pakaian yang dibuat dari kulit kayu dan alat tembikar (periuk balanga). Alat-alat yang mereka gunakan ialah kapak lonjong dan kapak persegi, dibuat dari batu yang halus.
d.      Zaman batu besar (Megalithicum)
Ciri yang menonjol pada zaman Megalithikum ialah diketemukannya alat-alat yang terbuat dari batu yabg tergolong besar-besar dan tidak dipahat.  Alat-alat itu biasanya untuk memuja arwah nenek moyang.
-   Menhir
Bentuknya seperti tugu, terbuat dari batu. Menhir ini didirikan sebagai alat upacara menghormati arwah nenek moyang. Terdapat di Sumatera Selatan, Kalimantan dan Sulawesi Tengah.
-   Dolmen
Dolmen bentuknya seperti meja. Alat ini diperkirakan untuk meletakkan sesaji guna memuja arwah nenek moyang mereka. Alat seperti ini ditemukan di Jawa Timur.
-   Sarkofagus atau keranda
Alat ini dibuat dari batu besar, bentuknya seperti lesung dan diberi tuttup batu. Gunanya diperkirakan sebagai jenazah. Sarkofagus banyak ditemukan di daerah Bali. Orang Bali menganggap benda itu benda yang keramat.
-   Kuburan batu
Dibuat dari lempengan-lempengan batu yang disusun menjadi peti mayat. Alat ini ditanam pada lubang yang digali dalam tanah. Kubur batu seperti ini ditemukan di daerah Kuningan Jawa Barat.
-   Punden berundak-undak
Bangunan ini terbuat dari batu yang disusun bertingkat-tingkat. Dibangun dengan menyususun batu yang makin ke atas makin kecil, sehingga terbentuk bangunan batu yang berundak-undak. Gunanya merupakan tempat pemujaan arwa nenek moyang. Punden berundak-undak ditemukan di Lebak Sibeduk daerah Banten Selatan.
-   Arca
Arca pada zaman megalithikum melukiskan bentuk jenis binatang yang terkesan seperti : gajah, singa dan harimau. Selain jenis binatang juga manusia yang dianggap bertuah (seorang pemimpin) dilukiskan dalam bentuk arca. Arca-arca ini pada zaman megalithikum banyak ditemukan di daerah Sumatra Selatan, Lampung, Jawa Tengah dan Jawa Timur.


Homo Wajakensis

Kebudayaan :
Masih berburu dan meramu. Hidup dalam kelompok, membuat rumah-rumah kecil dari ranting-ranting kayu sekedar untuk penahan angin, ada juga yang menempati gua-gua (abris sous roches). Menggambari dinding-dinding gua berbentuk jari tangan atau hewan (babi) dengan semacam cat berwarna merah.
Alat-alatnya :
Alat-alat batu berbentuk serpih atau lempeng batu yang dipecah lalu dikaitkan dengan sebilah kayu untuk pegangan, alat-alat tusuk dan sendok terbuat dari tulang.
Jenis Homo Wajakensis :
Ada di Australia yang menjadi penduduk asli benua itu (bangsa Aborigin). Fosilnya ditemukan di Talgai, Darling Downs, Queensland, dll.
Homo Wajakensis merupakan jenis manusia purba yang sudah agak maju dari kelompok  sebelumnya.
Gambaran bentuk dari abris sous roches dan keluarga manusia purba
A.      Gua untuk tidur
B.      Halaman untuk bermain atau memasak
C.      Pantai
D.     Laut
Pekembangan selanjutnya mengalami perubahan ke arah yang lebih maju dari pola berburu dan meramu ke arah pola bercocok tanam dan hidup menetap. Hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh datangnya kebudayaan baru yang dibawa oleh nenek moyang bangsa Indonesia dari daratan Asia ke Nusantara.
Menurut para ahli kepurbakalaan dan bahasa, Kern dan Heine Geldern, yang menjadi nenek moyang bangsa Indonesia itu bukan manusia purba yang mendiami Nusantara, malainkan bangsa-bangsa yang berasal dari Yunan (Cina Selatan). Mereka berpindah ke selatan secara bergelombang dalam kurun waktu yang sangat lama (2500-500 SM).
Sebab-sebab kepindahan mereka belum bisa diketahui secara jelas, mungkin disebabkan bencana alam, bahaya kelaparan atau perang antarsuku.
Di antaranya mereka pindah ke kepulauan Nusantara dan sekitarnya, dan menempati sebagai tempat tinggalnya yang tetap. Pulau-pulau atau kepulauan di sebelah selatan Asia meliputi wilayah yang sangat luas, di sebelah barat sampai Pulau Paskah (Samudera Pasifik) dan di utara sampai ke Pulau Formosa (Taiwan) dan ke selatan sampai ke Selandia Baru. Pulau-pulau ini disebut Austronesia. Jadi kepulauan Nusantara/Indonesia termasuk wilayah Austronesia itu.
Sedangkan bangsa-bangsa yang mendiami Austronesia disebut bangsa Austronesia atau bangsa Austro – Melanesia (mela artinya hitam).
1.      Gelombang yang terdahulu (±2500 SM), terjadi pada zaman mesolithikum, membawa kebudayaan Bacson Hoabinh, berupa :
Ø Alat-alat batu yang keras dan halus buatannya.
Ø Kapak persegi.
Ø Barang pecah belah (gerabah).
Ø Sistem huma dan sawah.
Ø Perahu bercadik.

Keterangan perahu bercadik :
·      Perahu bercadik itu perahu bersayap. Sayap ini gunanya untuk keseimbangan supaya tidak dapat tenggelam.
·      Perahu bercadik adalah warisan budaya nenek moyang kita, yang sewaktu bermigrasi dari Yunan sudah dipakai.
2.      Gelombang-gelombang berikutnya (±500 SM)
Terjadi pada zaman neolithikum, membawa kebudayaan Dongso, yang berupa :
·   Alat-alat dari perunggu,
·   Genderang,
·    Nekara, dan
·   Moko
Persebarannya sampai ke : Malaysia, Bali, Nusa Tenggara, dan Jawa Barat.
Selain benda-benda hasil budaya, juga bahasa yang dipakai dibawa menyebar pula, terbukti dengan banyaknya persamaan-persamaan kata di wilayah Asia Tenggara.
Bangsa Austronesia yang memasuki wilayah Nusantara disebut bangsa Melayu, yang menjadi induk bangsa Indonesia atau nenek moyang bangsa kita. Bangsa melayu digolongkan menjadi 2, yaitu :
· Melayu Tua (Proto melayu)
· Melayu Muda (Deutero Melayu)
a.       Bangsa melayu Tua (Proto Melayu)
-       Memiliki kebudayaan lebih tinggi dari kebudayaan manusia purba di Indonesia, yaitu kebudayaan neolithikum, yang terkenal ialah :
· Kapak lonjong atau corong
· Kapak persegi
-       Mereka masuk ke Indonesia melalui 2 jalur,
· Jalur barat, lewat Malaka – Sumatera
· Jalur Timur, lewat Filipina dan Sulawesi.
(Periksa peti). Kebudayaan mereka disebut juga kebudayaan Bacson – Hoabinh.
b.      Bangsa Melayu Muda / Deutero Melayu
Bangsa Melayu Muda sudah lebih maju daripada bangsa Melayu Tua. Hasil kebudayaan yang dibawa ke Indonesia ialah :
-       Barang-barang dari perunggu dan kemudian juga sudah mengenal besi.
Kebudayaan perunggu ini juga disebut Dongson. Mereka sudah dapat membentuk barang-barang dengan teknik mengecor logam yang disebut a cire perdule dan bivalve.
-       Cara a cire perdue
Barang yang akan dibuat, lebih dulu dibuatkan cetakan dari lilin. Kemudian lilin dibalut dengan tanah liatlalu dibakar. Karena dibakar, lilin meleleh ke luar lewat suatu lubang. Bekas lilin menjadi cetakan, lalu dituangkan perunggu yang sudha dipanaskan dan mencair. Sesudah logam mengeras (karena meningin), cetakan tadi dipecah.
Cara seperti ini disebut a cire produe. Alat-alat yang etrmasuk zaman perunggu antara lain kapak corong (kapak lonjong), candrasa, nekara dan moko.
-       Cara bivalve
Cara ini untuk membuat barang yang berbentuk bulat. Caranya mula-mula dibuat cetakan dari tanah liat yang dibakar. Cetakan itu sendiri dari 2 bagian yang sama. Sesudah perunggu yang meleleh itu membeku, cetakan dipisahkan. Alat yang kemudia dipasangkan itu nanti akan nampak adanya bekas sambungan berupa garis.
       
        Maasa kemahiran berteknologi secara sederhana ini disebut : “masa pertukaran” atau “masa perubahan”. Alat-alat logam yang sudah dapat dibuat antara lain :
-          Nekara (semacam genderang)
-          Bermacam-macam kapak (kapak corong)
-          Bejana perunggu
-          Boneka (arca)
-          Perhiasan (manik-manik)
-          Senjata (senjata tajam)
Nekara dalam bentuk kecil ini oleh masyarakat di Pulau Alor disebut moko atau mako. Moko atau Mako ini merupakan alat musik bagi penduduk di Pulau Pantar (NTT) dinamakan “kendang perunggu”. Dan sampai sekarang masih banyak dibuat di Gresik (Jatim) sebagai barang kerajinan.
Pada masa perundagian ini, dibuat pula peralatan barang pecah belah atau periuk belanga. Barang ini dipergunakan untuk memasak atau perkakas untukmenyimpan sesuatu.



 


1 komentar:

  1. merkur casino 100 free spins no deposit bonus
    Merkur Casino 100 free spins no deposit bonus codes 인카지노 We have a new casino site in the world, Merkur Casino, Best Online Casino in the World, 제왕카지노 Review of All 메리트카지노 the

    BalasHapus