a. Di Indonesia
-
Wajak di Jawa Timur
-
Trinil di Jawa Timur
-
Mojokerto di Jawa Timur
-
Ngandong di Jawa Timur
-
Sangiran di Jawa Tengah
b. Di luar
negeri
-
Cina
-
Eropa
a. Di Indonesia
Pada tahun
1889, Dr. Eugene Dubois menemukan fosil manusia purba dekat Wajak daerah
Tulungagung. Penemuan fosil ini kemudian diberi nama Homo wajakensis. Homo
Wajakensis ini sangat berbeda dengan tengkorak bangsa Indonesia pada
umumnya, tetapi banyak persamaannya dengan penduduk asli Australia. Meurut
Eeugene Dubois, Homo Wajakensis ini termasuk golongan bangsa Australoide
yang menurunkan bangsa-bangsa asli di Australia.
Pada tahun
1980 Eugene Dubois menemukan lagi fosil manusia purba di daerah Trinil.
Penemuan ini merupakan penemuan yang kedua kalinya di Indonesia. Meskipun hasil
penemuan ini tidak lengkap (hanya sebagian tulang rahang, tulang geraham bagian
atas, tulang paha kiri dan tengkorak bagian atas), namun demikian penemuan ini
menjadi dasar untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Eugene Dubois menamakan
makhluk itu Pithecantropus Erectus, yang artinya : manusia kera yang berjalan
tegak.
Antara tahun
1931 dan tahun 1934 Von Koenigswald dan Weidenreich menemukan
fosil-fosil manusia purba di desa Ngandong.
Berdasarkan
penelitian kedua ahli itu, manusia purba itu lebih tinggi tingkatnya dari
Pithecantropus Erectus. Fosil ini disebut Homo Soloneis, artinya “manusia
dari Solo”. Penemuan Ngandong ini berupa 11 buah fosil tengkorak, sebagian
dari jumlah fosil itu telah hancur, sedangkan lainnya masih dapat digunakan
untuk bahan penelitian yang berguna.
Pada tahun
1936 dan tahun 1941 Von Koenigswald menemukan fosil manusia purba di Sangiran,
yaitu sebuah desa di tepi Bengawan Solo. Hasil temuan hanya fosil rahang bawah
dan rahang atas yang diperkirakan lebih besar dan lebih kuat dari fosil yang
ditemukan di daerah Trinil. Von Koenigswald menamakan Meganthropus
Palaejavanicus, yang artinya “manusia besar tertua dari Jawa”.
Pada tahun
1936 Von Koenigswald menemukan fosil kanak-kanak di daerah Mojokerto yang
semula diperkirakan “anak dari pithecantropus”, dan untuk sementara ia
dinamakan “Homo Mojokertensis”.
Berdasarkan
penelitian stratigrafi, umur manusia purba yang ditemuakan oleh para ahli
tersebut seperti di bawah ini dengan catatan, umur yang tua ada di lapisan
bawah dan membacanya dari bawah.
Skala zaman geologi : Manusia
purba :
HOLOCEN
|
Homo
Sapiens
|
PLEISTOCEN
ATAS
(Lapisan
Ngandong)
|
Homo
Wajakensis
Homo
Soloensis
|
PLEISTOCEN
TENGAH
(Lapisan
Trinil)
|
Pithecanthropus
Erectus
|
PLEISTOCEN
BAWAH
(Lapisan
jetis)
|
Pithecantropus
Robustus
Pithecanthropus
Mojokertensis
Meganthropus
Palaeojavanicus
|
Kesimpulan :
1.
Lapisan tanah yang tertua ialah lapisa Jetis.
Pada lapisan ini terdapat jenis manusia purba tertua dan bentuk tubuhnya besar
dan kuat, yaitu :
-
Pithecantropus Robustus : “Manusia yang
perkasa”.
-
Pithecanthropus Mojokertensis : “Manusia dari
Mojokerto”.
-
Meganthropus Palaeojavanicus : “Manusia dari
Jawa yang Tertua”.
2.
Lapisan tanah tengah, terdapat jenis manusia
purba :
-
Pithecanthropus Erectus temuan Dubais.
3. Lapisan
tanah bagian atas (yang paling muda umurnya) terdapat jenis manusia purba:
-
Homo Soloensis (Ngandong)
-
Homo Wajakensis (Wajak)
Yaitu jenis manusia purba yang sudah lebih maju (Homo Sapien)
a.
Di luar negeri
Di luar negeri juga ditemukan jenis-jenis fosil, namun tidak selengkap
yang ditemukan di Indonesia, oleh karena itu Indonesia mempunyai kedudukan sangat
penting dalam penelitian prasejarah dunia.
Di asia :
Pithecantropus pekinensis
Fosil ini
ditemukan oleh Prof. Devidson Black pada tahun 1972 di gua-gua dekat
Chou-kou-Tien, ±60 km di sebelah barat daya kota Peking, pada tahun itu Prof.
Black menemukan sebuah geraham bawah dari makhluk yang beliau namakan Pithecanthropus
pekinensis. Fosil-fosil ini menunjukkan persamaan-persamaan dengan
Pithecanthropus Erectus yang diketemukan oleh Dr. Eugene Dubois di Trinil Jawa
Timur, tetapi lebih mendekati bentuk Homo Sapien atau Homo Recens
(manusia).
Di Eropa :
Homo Heidelbergensis
Dr.
Schoetensack, menemukan sebuah rahang bawah
saja di desa Mauer dekat kota
Heidelberg (Jerman). Fosil darimakhluk itu diberinama Homo Heidelbergensis. Tulang rahang itu
tebal, bidang-bidangnya lebar akan tetapi giginya gigi manusia.
Fosil
manusia purba Eropa yang lain ditemukan di Lembah Sungai Neander (dekat kota
Dusseldorf di Jerman) berupa : tengkorak dan tulang-tulang anggota.
Selain
ditemukan fosil manusia purba di gua Spy (Belgia), oleh Rudolf Virchow (1856). Setelah diadakan
penelitian yang seksama, kedua temuan fosil itu mempunyai kesamaan. Maka kedua
temuan fosil manusia purba di Eropa tersebut dinamakan Homo Neanderthansis atau
Manusia neanderthal.
Di Afrika :
Fosil
manusia purba Afrika ditemukan di gua Broken Hill di Afrika Timur, dan oleh para
sarjana dinamakan Homo Rhodensiensis (manusia dari Rhodesia) atau Homo
Africanus (manusia dari Afrika).
Saran : tulisan pusing di baca, warna text jangan putih dan warna background jangan hitam :) Terima Kasih
BalasHapusgakelitan bngst
BalasHapusSaran saya kalo disain web jangan sembarangan gan !
BalasHapus