Pages

Kamis, 02 Januari 2014

TEMPAT-TEMPAT PENEMUAN FOSIL MANUSIA PURBA



a.       Di Indonesia
-          Wajak di Jawa Timur
-          Trinil di Jawa Timur
-          Mojokerto di Jawa Timur
-          Ngandong di Jawa Timur
-          Sangiran di Jawa Tengah
b.      Di luar negeri
-          Cina
-          Eropa
-          Afrika
a.       Di Indonesia
Pada tahun 1889, Dr. Eugene Dubois menemukan fosil manusia purba dekat Wajak daerah Tulungagung. Penemuan fosil ini kemudian diberi nama Homo wajakensis. Homo Wajakensis ini sangat berbeda dengan tengkorak bangsa Indonesia pada umumnya, tetapi banyak persamaannya dengan penduduk asli Australia. Meurut Eeugene Dubois, Homo Wajakensis ini termasuk golongan bangsa Australoide yang menurunkan bangsa-bangsa asli di Australia.
Pada tahun 1980 Eugene Dubois menemukan lagi fosil manusia purba di daerah Trinil. Penemuan ini merupakan penemuan yang kedua kalinya di Indonesia. Meskipun hasil penemuan ini tidak lengkap (hanya sebagian tulang rahang, tulang geraham bagian atas, tulang paha kiri dan tengkorak bagian atas), namun demikian penemuan ini menjadi dasar untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Eugene Dubois menamakan makhluk itu Pithecantropus Erectus, yang artinya : manusia kera yang berjalan tegak.
Antara tahun 1931 dan tahun 1934 Von Koenigswald dan Weidenreich menemukan fosil-fosil manusia purba di desa Ngandong.
Berdasarkan penelitian kedua ahli itu, manusia purba itu lebih tinggi tingkatnya dari Pithecantropus Erectus. Fosil ini disebut Homo Soloneis, artinya “manusia dari Solo”. Penemuan Ngandong ini berupa 11 buah fosil tengkorak, sebagian dari jumlah fosil itu telah hancur, sedangkan lainnya masih dapat digunakan untuk bahan penelitian yang berguna.
Pada tahun 1936 dan tahun 1941 Von Koenigswald menemukan fosil manusia purba di Sangiran, yaitu sebuah desa di tepi Bengawan Solo. Hasil temuan hanya fosil rahang bawah dan rahang atas yang diperkirakan lebih besar dan lebih kuat dari fosil yang ditemukan di daerah Trinil. Von Koenigswald menamakan Meganthropus Palaejavanicus, yang artinya “manusia besar tertua dari Jawa”.
Pada tahun 1936 Von Koenigswald menemukan fosil kanak-kanak di daerah Mojokerto yang semula diperkirakan “anak dari pithecantropus”, dan untuk sementara ia dinamakan “Homo Mojokertensis”.

Berdasarkan penelitian stratigrafi, umur manusia purba yang ditemuakan oleh para ahli tersebut seperti di bawah ini dengan catatan, umur yang tua ada di lapisan bawah dan membacanya dari bawah.
    Skala zaman geologi :                                        Manusia purba :
HOLOCEN
Homo Sapiens
PLEISTOCEN ATAS
(Lapisan Ngandong)
Homo Wajakensis
Homo Soloensis
PLEISTOCEN TENGAH
(Lapisan Trinil)
Pithecanthropus Erectus
PLEISTOCEN BAWAH
(Lapisan jetis)
Pithecantropus Robustus
Pithecanthropus Mojokertensis
Meganthropus Palaeojavanicus


Kesimpulan :
1.        Lapisan tanah yang tertua ialah lapisa Jetis. Pada lapisan ini terdapat jenis manusia purba tertua dan bentuk tubuhnya besar dan kuat, yaitu :
-       Pithecantropus Robustus : “Manusia yang perkasa”.
-       Pithecanthropus Mojokertensis : “Manusia dari Mojokerto”.
-       Meganthropus Palaeojavanicus : “Manusia dari Jawa yang Tertua”.
2.        Lapisan tanah tengah, terdapat jenis manusia purba :
-       Pithecanthropus Erectus temuan Dubais.
3.      Lapisan tanah bagian atas (yang paling muda umurnya) terdapat jenis manusia purba:
-       Homo Soloensis (Ngandong)
-       Homo Wajakensis (Wajak)
Yaitu jenis manusia purba yang sudah lebih maju (Homo Sapien)
a.       Di luar negeri
Di luar negeri juga ditemukan jenis-jenis fosil, namun tidak selengkap yang ditemukan di Indonesia, oleh karena itu Indonesia mempunyai kedudukan sangat penting dalam penelitian prasejarah dunia.
Di asia : Pithecantropus pekinensis

Fosil ini ditemukan oleh Prof. Devidson Black pada tahun 1972 di gua-gua dekat Chou-kou-Tien, ±60 km di sebelah barat daya kota Peking, pada tahun itu Prof. Black menemukan sebuah geraham bawah dari makhluk  yang beliau namakan Pithecanthropus pekinensis. Fosil-fosil ini menunjukkan persamaan-persamaan dengan Pithecanthropus Erectus yang diketemukan oleh Dr. Eugene Dubois di Trinil Jawa Timur, tetapi lebih mendekati bentuk Homo Sapien atau Homo Recens (manusia).
  

Di Eropa : Homo Heidelbergensis
Dr. Schoetensack, menemukan sebuah rahang bawah
                        saja di desa Mauer dekat kota Heidelberg (Jerman). Fosil dari
                        makhluk itu diberinama Homo Heidelbergensis. Tulang rahang itu
                        tebal, bidang-bidangnya lebar akan tetapi giginya gigi manusia.










Fosil manusia purba Eropa yang lain ditemukan di Lembah Sungai Neander (dekat kota Dusseldorf di Jerman) berupa : tengkorak dan tulang-tulang anggota.
Selain ditemukan fosil manusia purba di gua Spy (Belgia), oleh Rudolf  Virchow (1856). Setelah diadakan penelitian yang seksama, kedua temuan fosil itu mempunyai kesamaan. Maka kedua temuan fosil manusia purba di Eropa tersebut dinamakan Homo Neanderthansis atau Manusia neanderthal.
Di Afrika :
Fosil manusia purba Afrika ditemukan di gua Broken Hill di Afrika Timur, dan oleh para sarjana dinamakan Homo Rhodensiensis (manusia dari Rhodesia) atau Homo Africanus (manusia dari Afrika).



 




3 komentar:

  1. Saran : tulisan pusing di baca, warna text jangan putih dan warna background jangan hitam :) Terima Kasih

    BalasHapus
  2. Saran saya kalo disain web jangan sembarangan gan !

    BalasHapus